Renungan Harian Hari Ini 16 Juli 2022, Bacaan Injil Matius 12:14-21
Bacaan I: Mi. 2:1-5; Mazmur: 10:1-2.3-4.7-8.14; R:12b; PEKAN BIASA XV (H) Sta.Perawan Maria dr Gunung Karmel; St.Reinildis;
Sekali peristiwa, orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.
Banyak orang mengikuti Yesus dan la menyembuhkan mereka semuanya. la dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
“Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan;
Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan la akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. la tidak akan berbantah dan
tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai la menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”
.

.
Renungan Harian Hari Ini 16 Juli 2022, Bacaan Injil
Dalam bahasa Ibrani, “Mikha’ merupakan singkatan dari pertanyaan retorik yang berarti “Siapakah seperti Allah?”
Seperti Amos, Mikha merupakan nabi yang diutus Allah untuk membuka mata hati bangsa Israel atas realitas ketidakadilan sosial dalam masyarakat.
Jurang yang memisahkan orang kaya dan orang miskin telah sedemikian lebar. Ketidaksetaraan yang terlalu mencolok itu membuat orang kaya dapat memanipulasi dan memanfaatkan orang miskin sesuka hati mereka.
Dengan jaringan relasi yang mereka miliki kaum kaya dapat berkomplot dengan birokrat untuk merampas dan menguasai ladang dan perumahan kaum miskin.
Nabi Mikha berteriak lantang dan menyerukan bahwa Allah mengutuk tindak perampasan itu dan akan menegakkan keadilan.
Yesus juga mengetahui bahwa orang-orang Farisi dan pemimpin-pemimpin agama pada zaman itu bersekongkol untuk menyingkirkan-Nya.
Berbeda dengan Mikha, misi Yesus tidak politis. Yesus tidak hendak menegakkan keadilan secara langsung dalam masyarakat; tetapi la hendak meluruskan relasi spiritual atau menjembatani jurang yang memisahkan manusia dengan Allah.
Jika relasi manusia dengan Allah beres, maka manusia akan dapat mewujudkan keadilan di muka bumi. Karena itulah, Yesus tidak menghadapi ketidakadilan yang diderita-Nya di dunia ini secara konfrontatif.
Sebaliknya, Ia memberi contoh bahwa rantai kekerasan harus diputus melalui hukum kasih. Jika kasih meraja, maka keadilan di dunia akan terwujud.
Untuk itu, sebagai Hamba Yahweh, “la tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak… sampai la menjadikan hukum itu menang” (ay.19-20). Yesus tidak kalah, namun mengalah untuk menang.
.
Ya Tuhan, semoga hukum kasih membuat kami berperilaku adil pada sesama. Jauhkan kami dari sikap balas dendam. Amin.
.
Sumber renungan: Ziarah Batin 2022, OBOR Indonesia
Baca Juga (KLIK):
.
.









