Renungan Harian Hari Ini 26 Desember 2022, Bacaan Injil Matius 10:17-22
Bacaan I: Kis. 6:8-10; 7:54-59; Mazmur: 31:3c-4.6.8a.16b.17; R:6a; Hari Ke-2 Oktaf Natal; Pesta St.Stefanus, Mrt. Pertama (M);
Pada waktu mengutus murid-murid-Nya, Yesus berkata: “Waspadalah terhadap semua orang, karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.
Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-
Ku, tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
.

.
Renungan Harian Hari Ini 26 Desember 2022, Bacaan Injil
Orang mengira bahwa kemartiran senantiasa dikaitkan dengan mati berdarah-darah, seperti kisah Stefanus. Kemartiran adalah sikap dan pilihan hidup mempertahankan kehendak Allah meski mengalami ketidaknyamanan. Tidak mudah menjadi orang benar dalam situasi penuh manipulasi dan hoaks; menjadi jujur di tengan sistem yang korup dan cari kepentingan diri; menjadi adil dalam situasi keserakahan dan ketamakan. Kemartiran adalah makna terindah sebagai murid Yesus untuk setia dalam situasi demikian.
Yesus meminta para murid untuk waspada terhadap aneka kekuatan yang bisa menghancurkan kesetiaan akan kebenaran. Menghayati semangat kemartiran yang ditekankan Yesus jelas: tubuh kita boleh binasa, tetapi jiwa tetap untuk Tuhan. Artinya, menjadi seorang murid adalah menjadi pribadi yang siap kehilangan hal-hal yang jasmani namun tetap menjaga kemurnian hati dan persembahan diri kepada Allah. Kemartiran merupakan kesempatan untuk memurnikan kesetiaan kita kepada Allah.
Hal ini perlu kita pahami bahwa Allah tidak akan pernah menyingkirkan masalah, namun Allah berjanji akan melengkapi hidup kita dengan kekuatan, kemampuan dan perlindungan. Sikap yang perlu kita persembahkan adalah percaya, sebagaimana Yesus tekankan bahwa kita sangat berharga dibandingkan burung pipit. Kalau burung pipit saja dilindungi Allah akan hidupnya, apalagi kita manusia. Maka, mari kita membudayakan semangat kemartiran sebagai jalan kekudusan.
.
Bapa Yang Berbelas Kasih, kami kerap kali takut untuk mengambil risiko dalam kebenaran, keadilan, dan cinta damai. Jauhkanlah rasa takut itu dan biarlah kami memiliki semangat seperti Stefanus: senantiasa mewartakan Kristus. Amin.
.
Sumber renungan: Ziarah Batin 2022, OBOR Indonesia
Baca Juga (KLIK):
.
.









