Renungan Harian Katolik 23 November 2023, Bacaan Injil Lukas 19:41-44 (baca Alkitab – klik disini)
Bacaan I: 1Mak. 2:15-29; Mazmur: 50:1-2.5-6.14-15; R:23b; PEKAN BIASA XXXIII (H); St.Klemens I; St.Kolumbanus; B.Mikhael Agustinus Pro;
Pada waktu itu, ketika Yesus mendekati Yerusalem dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya, “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya andai pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
.

.
Renungan Harian Katolik 23 November 2023, Bacaan Injil
Pada zaman Anthiokus menguasai Israel, praktik penyembahan berhala terus membawa korban. Berbeda dengan Eleazar dan ibu dari tujuh anak yang menjadi martir, Matatias tampil sebagai figur pahlawan. la tidak hanya menentang penyembahan berhala di hadapan raja, tetapi juga membunuh orang Yahudi yang mempersembahkan kurban kepada berhala. Figur martir dan pahlawan ada sebagai reaksi terhadap penindasan dan pemurtadan dari Anthiokus.
Kemartiran sering disalahartikan sebagai sikap pasif, yaitu membiarkan diri menjadi korban. Kemartiran adalah sebuah akhir dari perjuangan tanpa kekerasan. Meskipun demikian, secara sosial dan moral, kemartiran ini tidaklah cukup untuk membuat tatanan menjadi baik. Ada sebuah nilai lain yang dibuat, yaitu self defense, pembelaan diri atau membela orang lain untuk memperjuangkan kebaikan. Membela hak-hak orang lemah dan kebenaran adalah sebuah perjuangan injili. Persoalan moral yang sering muncul adalah ketika dalam proses membela diri ada efek ganda, yaitu kekerasan dan kematian orang lain.
Baca Juga: Renungan Harian Katolik 22 November 2023
Kita sebagai umat Kristiani diundang menjadi saksi perubahan tatanan sosial, politik, dan budaya supaya menjadi semakin manusiawi. Membela orang lemah, miskin, dan tersingkir adalah sebuah kewajiban injili. Salah satu janji baptis kita adalah menolak segala kejahatan dalam diri sendiri, dalam masyarakat, dan yang melanggar hak asasi manusia.
Demikian juga halnya dalam hidup berkeluarga. Di satu sisi, bersikap diam itu baik, tetapi di lain sisi adalah bentuk dari kurang bertanggung jawab terhadap kebaikan hidup pasangan atau anggota keluarga kita. Semakin diam, persoalan-persoalan semakin rumit dan berat. Maka, komunikasi yang baik amat diperlukan antar anggota keluarga agar dapat secara bersama menyelesaikan masalah.
.
Ya Bapa, semoga kami semakin peduli dan berani memperjuangkan kebaikan masyarakat meskipun seringkali membawa risiko besar. Amin.
.
Sumber renungan harian katolik: Ziarah Batin 2023, OBOR Indonesia
Baca Juga (KLIK):
.
.









